Pemerintah Indonesia baru-baru ini mencetak sejarah dengan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Dolar Australia (AUD). Melalui skema yang dikenal sebagai Australian Medium-Term Notes (AMTN) atau yang sering disebut Kangaroo Bond, langkah ini diambil untuk memanfaatkan momentum positif di pasar obligasi Australia.
Penerbitan ini berhasil menarik perhatian banyak investor global dan menjadi langkah strategis yang penting dalam pembiayaan negara. Penerbitan obligasi ini tidak hanya menandai kepercayaan investor, tetapi juga membuka peluang bagi pemangku kepentingan untuk mengeksplorasi pasar internasional dengan lebih luas.
Pemanfaatan Pasar Obligasi Australia
Dengan total penerbitan mencapai 800 juta Dolar Australia, sekitar Rp 8,5 triliun, langkah ini mencerminkan efisiensi dan efektivitas kebijakan fiskal negara. Keterlibatan pasar obligasi Australia menjadi sorotan penting, terutama mengingat reputasi stabilitas ekonominya. Ini membawa dampak positif bagi perekonomian negara, di mana pemerintah dapat memperluas basis investor dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap instrumen keuangan yang ditawarkan.
Strategi ini terbagi menjadi dua seri obligasi yang berbeda, yaitu RIAUD0830 dan RIAUD0835. Seri pertama memiliki tenor 5 tahun senilai 500 juta Dolar Australia dengan kupon 4,40 persen. Sementara seri kedua memiliki tenor 10 tahun senilai 300 juta Dolar Australia dengan kupon 5,30 persen. Pengaturan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada penggalangan dana, tetapi juga memperhatikan aspek ketahanan jangka panjang dalam pengelolaan utang.
Minat Investor dan Implikasi Jangka Panjang
Tingginya minat investor, yang tercermin dari total pemesanan di atas AUD 8 miliar, jauh melampaui target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada keyakinan kuat terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Bahkan, menteri keuangan menyebutkan penurunan tingkat imbal hasil (yield) yang lebih menawan, yaitu sebesar 25 basis poin untuk tenor 5 tahun dan 30 bps untuk tenor 10 tahun.
Dengan tingkat yield akhir yang ditetapkan menjadi 4,427 persen untuk tenor 5 tahun dan 5,380 persen untuk tenor 10 tahun, langkah ini dapat dianggap sebagai win-win solution bagi pemerintah dan investor. Selain itu, penerbitan obligasi ini tidak hanya menjadi simbol kemitraan ekonomi yang bagus antara negara, tetapi juga menegaskan kepercayaan investor terhadap pengelolaan fiskal dan kebijakan ekonomi Indonesia.
Singkatnya, penerbitan Kangaroo Bond ini tidak hanya menambah portofolio pemerintah dalam pembiayaan utang, tetapi juga membuka jalan bagi kerjasama yang lebih erat dengan investor internasional, dalam hal ini yang berbasis di Australia. Ini tentunya akan memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kredibilitas negara di mata dunia.