BANDA ACEH – Satria Arta Kumbara, seorang mantan prajurit Marinir TNI AL, dilaporkan hilang kontak setelah terlibat dalam pertempuran sengit di Ukraina. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Ruslan Buton, seorang mantan anggota TNI AD, Satria mengalami luka parah akibat serangan mortir dan drone kamikaze yang diluncurkan oleh pihak Ukraina.
Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial, Ruslan menunjukkan momen terakhir Satria di medan perang, di mana tampak kepala Satria dibalut perban karena luka serius yang dideritanya.
Keadaan Terkini Satria Arta Kumbara
Melalui komunikasi yang dilakukan via WhatsApp, Satria memberitahukan kepada Ruslan bahwa ia sedang dalam proses evakuasi setelah mengalami serangan beruntun. Dalam videonya, Ruslan mengungkapkan, “Dia sedang dievakuasi karena memperoleh serangan drone dan tembakan mortir yang terus-menerus.” Dari cuplikan video tersebut, terlihat jelas bahwa Satria dalam keadaan kritis, dengan luka yang parah menghiasi kepalanya.
Dari informasi yang diperoleh, Satria dan timnya sedang berusaha untuk mencari tempat yang lebih aman dari serangan. “Ia mengalami cedera serius dan kepalanya terluka parah. Saat ini, Satria sedang dievakuasi dari posisi yang terjepit karena situasi yang sangat berbahaya,” ujar Ruslan menambahkan. Satria pun melalui Ruslan meminta doa dari seluruh rakyat Indonesia agar diberikan keselamatan selama berada di medan perang.
Pandangan Tentang Situasi Sena Kumbara
Menariknya, Satria kini berposisi sebagai pasukan bayaran Rusia yang terlibat dalam operasi militer di Ukraina. Ia tergabung dalam Russian Special Military Operations untuk berpartisipasi secara langsung dalam konflik yang sedang berlangsung di wilayah tersebut. Hal ini menyentuh sisi kontroversial dari isu tentara bayaran yang sering diperdebatkan di berbagai forum. Banyak yang mempertanyakan etika dan legalitas keputusan untuk bergabung dengan pihak tertentu dalam sebuah konflik bersenjata.
“Setelah Satria menyampaikan informasi tentang posisinya yang terjepit, saya berusaha menghubunginya melalui video call. Namun, telepon tidak berdering dan hanya ada sentuhan satu pada pesan yang dikirim,” ujarnya. Situasi ini menimbulkan keresahan yang mendalam di kalangan keluarganya dan juga masyarakat yang mengikuti melalui media sosial. Harapan agar Satria selamat dan dapat kembali ke tanah air menjadi harapan bersama.
Dalam konteks langkah selanjutnya, Pemerintah Indonesia melalui Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Lodewijk Freidrich Paulus, menyatakan bahwa mereka akan memproses permintaan Satria untuk kembali ke Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “Aturannya bagaimana? Yang bersangkutan ingin kembali, tentunya kita sesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi kita tunggu saja prosedur prosesnya,” jelasnya dalam konferensi pers.
Situasi yang dialami oleh Satria Kumbara mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh banyak individu yang terlibat dalam konflik bersenjata di luar negeri. Keinginan untuk berpartisipasi dalam peperangan sering kali muncul dari dorongan beragam, baik itu dari sudut pandang idealisme, ekonomi, atau alasan pribadi lainnya. Penting untuk memahami risiko dan implikasi yang menyertainya.