JAKARTA – Ombudsman Republik Indonesia mengungkapkan adanya ancaman serius terhadap sekitar 300.000 ton beras yang tersimpan di gudang Perum Bulog. Stok tersebut diduga mengalami penurunan mutu dan berpotensi menjadi beras tidak layak konsumsi (disposal). Jika benar-benar rusak, nilai kerugian yang ditimbulkan diperkirakan mencapai Rp4 triliun.
Ombudsman menilai, beras yang berpotensi rusak itu tidak hanya berasal dari impor, tetapi juga hasil penyerapan gabah dengan kualitas rendah yang dilakukan Bulog. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran atas tata kelola penyimpanan cadangan beras pemerintah yang selama ini menjadi instrumen penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Stok Beras yang Terancam Rusak
Penyimpanan beras dalam jumlah yang besar, seperti yang ditemukan di gudang Bulog, memerlukan perhatian khusus. Selain faktor kualitas beras itu sendiri, berbagai elemen lain seperti metode penyimpanan dan kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh. Menurut data, sistem penyimpanan yang tidak memadai menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan mutu beras. Oleh karena itu, penting bagi pihak terkait untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap cara penyimpanan yang sedang diterapkan saat ini.
Tidak hanya berpotensi merusak kualitas beras, tetapi juga dapat mengganggu ketersediaan pangan di masyarakat. Banyak pihak khawatir jika masalah ini dibiarkan, dampaknya akan meluas dan berpotensi mengubah dinamika pasar beras. Kondisi ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlalu begitu saja. Diperlukan tindakan cepat dan tepat untuk memastikan stok beras tetap berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Upaya Menjaga Kualitas Beras dan Stabilitas Pasar
Menanggapi isu ini, Menteri Pertanian telah mengambil langkah-langkah konkret untuk menorehkan perubahan. Salah satu langkah tersebut adalah memperbaiki sistem distribusi dan penyimpanan beras. Dengan melakukan evaluasi terhadap prosedur yang ada, diharapkan dapat mencegah kerugian yang lebih besar di masa depan. Selain itu, meningkatkan kualitas gabah yang diserap juga menjadi fokus utama untuk menjaga kualitas beras.
Bulog, di sisi lain, juga berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap stok beras di gudang mereka. Langkah ini diperlukan agar distribusi beras dapat dilakukan secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menargetkan penyerapan hingga 1 juta ton beras pada musim panen akhir tahun ini merupakan salah satu strategi untuk memastikan ketersediaan beras yang baik serta menjaga stabilitas harga di pasaran.
Dengan demikian, langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pihak terkait berupaya secara aktif untuk menjaga kualitas beras dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Melalui kolaborasi dan integrasi antarinstansi, diharapkan ancaman terhadap stok beras dapat diminimalkan, dan ketahanan pangan nasional dapat terus terjaga.