BANDA ACEH – Dalam sebuah rapat yang diadakan di Kompleks Parlemen Senayan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral meluapkan ketidakpuasannya. Hal ini terjadi pada Rabu (2/7/2025) ketika ia mengekspresikan rasa marahnya terhadap tim Kementerian dan PLN terkait kurangnya data akurat pada program swasembada energi desa.
Salah satu isu yang mencolok adalah perbedaan angka yang disampaikan oleh dua institusi tersebut. Bahlil Lahadalia merasa frustasi karena tidak memiliki data yang jelas mengenai target pengembangan energi mandiri di desa-desa seluruh Indonesia. “Ada ketidakpastian di dalam data yang kami miliki,” ujarnya dengan nada bersemangat.
Pentingnya Data Akurat dalam Program Energi Mandiri
Komunikasi yang efektif antara Kementerian ESDM dan PLN sangat diperlukan untuk kejelasan dalam pelaksanaan program swasembada energi ini. Bahlil menegaskan bahwa program ini adalah bagian integral dari visi kepemimpinan negara, yang bertujuan untuk memberdayakan desa agar mampu mengelola energi secara mandiri. Tanpa adanya data akurat, program ini berisiko tidak mencapai tujuannya.
Menurut data internal, Bahlil menyebutkan bahwa terdapat sekitar 5.600 desa yang menjadi target program, namun PLN mengklaim angkanya lebih tinggi, mencapai 10.000 desa. Perbedaan angka ini menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses koordinasi yang ada. “Saya bingung. Kok bisa ada angka yang berbeda jauh seperti itu?” ungkapnya, menunjukkan kekhawatirannya atas keberhasilan program ini.
Kendala dalam Koordinasi dan Implementasi Program
Kendala dalam pengumpulan data dan koordinasi antar lembaga terkait merupakan tantangan utama dalam melaksanakan program ini. Bahlil menjelaskan bahwa validitas data sangat penting untuk memastikan semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang ada. Tanpa data yang tepat, rencana yang dibuat bisa menjadi tidak efektif atau bahkan gagal.
Sebagai solusi, kolaborasi yang lebih erat antara berbagai lembaga pemerintah dan stakeholder lainnya diperlukan. Koordinasi ini diharapkan dapat meningkatkan kejelasan dan efisiensi dalam pelaksanaan program swasembada energi. Oleh karena itu, penghasilan dan pengelolaan data yang baik harus menjadi prioritas utama. “Kita perlu bekerja sama dan memastikan data yang kita gunakan adalah data yang aktual dan valid,” tambah Bahlil.
Pada akhirnya, keberhasilan program ini tidak hanya akan bergantung pada jumlah desa yang terlibat, melainkan juga pada kualitas informasi dan dukungan dari berbagai pihak yang terlibat. Dengan demikian, masyarakat desa akan dapat menikmati manfaat dari program swasembada energi, dan pada akhirnya, meningkatkan taraf hidup mereka secara signifikan.