BANDA ACEH – Pada tanggal 16 Juli 2025, serangan militer terjadi di Kementerian Pertahanan Suriah di Damaskus. Dua kali serangan dilancarkan oleh Israel, yang berupaya mengintervensi bentrokan antara tentara Suriah dan pejuang Druze di kawasan selatan Suriah. Ini menjadi salah satu insiden kekerasan paling signifikan dalam beberapa bulan terakhir di negara yang dilanda konflik tersebut. Dari laporan yang ada, serangan ini mengakibatkan kerusakan besar, termasuk runtuhnya empat lantai kementerian dan setidaknya satu orang kehilangan nyawa serta 18 lainnya mengalami luka-luka.
Dengan situasi yang semakin meningkat, serangan ini menandai pertama kalinya Israel menargetkan Damaskus sejak bulan Mei lalu. Juru bicara militer Israel menjelaskan bahwa tujuan dari serangan tersebut adalah untuk mengirimkan pesan kepada Presiden Suriah terkait dengan ketegangan yang terjadi di Suweyda. Serangkaian serangan lain juga dilakukan terhadap tank-tank Suriah, menambah angka korban di kalangan tentara.
Situasi Ketegangan di Suriah Selatan
Pertikaian di Suriah selatan semakin memanas dengan keterlibatan berbagai kelompok. Saat ini, Israel mengambil langkah untuk melindungi komunitas Druze dari kekuatan pemerintah Suriah. Meskipun mereka dijadikan sebagai proksi oleh Israel, banyak anggota komunitas ini merasa terjebak antara dua kekuatan yang saling bertikai. Laporan menunjukkan bahwa lebih dari 250 orang telah tewas dalam bentrokan yang terjadi selama empat hari terakhir, berdasarkan data dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).
Di sisi lain, pemerintah Suriah dan salah satu tokoh spiritual komunitas Druze telah mengumumkan gencatan senjata. Namun, guncangan tetap ada, terutama karena pemimpin spiritual lainnya mengumumkan bahwa mereka tidak akan menghentikan perjuangan melawan pemerintah yang dianggapnya sebagai “geng bersenjata.” Dalam konteks ini, kepercayaan antara komunitas dan pemerintah semakin menipis, menciptakan ketegangan yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
Dampak Serangan Terhadap Stabilitas Wilayah
Serangan ini memperburuk kompleksitas konflik yang sudah ada dan memperluas ketegangan di antara berbagai pihak. Gencatan senjata yang diumumkan pada hari Selasa sebelumnya juga sudah gagal, menunjukkan bahwa upaya damai mungkin tidak memiliki landasan yang kuat. Kondisi ini menciptakan gelombang ketidakpastian di kawasan, di mana setiap pihak berusaha untuk mendapatkan posisi lebih kuat.
Dalam jangka panjang, stabilitas Suriah selatan kemungkinan akan terganggu apabila kekerasan terus berlanjut. Keterlibatan kekuatan luar, seperti Israel, dalam konflik ini menunjukkan bahwa situasi di Suriah dapat memicu ketidakstabilan lebih luas yang dapat berdampak pada kawasan sekitarnya, bahkan masyarakat internasional. Oleh karena itu, penting untuk memantau situasi ini dan mencari solusi yang berkelanjutan untuk mengurangi ketegangan dan mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Dalam merespon situasi ini, semua pihak perlu berpikir kritis dan mencari pendekatan dialogis untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dengan adanya kesepakatan dan pengertian yang lebih baik di antara semua pihak yang terlibat, diharapkan konflik yang berkepanjangan ini dapat diselesaikan dengan cara damai.