BANDA ACEH – Dalam konteks pendidikan tinggi, penting untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih konstruktif. Situasi yang dihadapi oleh dua mahasiswa dari sebuah universitas ternyata menyoroti perlunya pendekatan dialogis dibandingkan mekanisme hukum yang cenderung menimbulkan lebih banyak konflik.
Pernyataan ini muncul dari Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie (Fokusgampi), Muhammad Zaldi, S.I.P. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap pelaporan yang terjadi, yang seharusnya tidak menjadi bagian dari kehidupan akademis. Menurutnya, dunia kampus harusnya menjadi wadah pembinaan yang positif bagi generasi muda, bukan justru menjadi arena kriminalisasi.
Pentingnya Pendekatan Dialogis dalam Konteks Kampus
Menyelesaikan konflik melalui dialog dan mediasi adalah langkah bijaksana yang seharusnya diutamakan. Zaldi menekankan bahwa meskipun pendekatan hukum adalah hak setiap individu, dalam konteks akademik, keutamaan harus diberikan pada komunikasi yang sehat. Hal ini penting agar mahasiswa merasa dilindungi dan diperhatikan oleh institusi tempat mereka belajar.
Data menunjukkan bahwa institusi yang menerapkan model penyelesaian sengketa berbasis dialog memiliki tingkat kepuasan mahasiswa yang lebih tinggi. Interaksi terbuka antara mahasiswa dan pihak universitas menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, memungkinkan mahasiswa untuk mengekspresikan pendapat dan aspirasi mereka tanpa rasa takut akan dampak negatif. Zaman sekarang, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif mengemukakan ide dan pendapat, yang hanya bisa tercapai jika mereka merasa aman dalam menyuarakan pendapat.
Strategi Membangun Hubungan Baik antara Mahasiswa dan Pihak Universitas
Menyusun strategi yang menciptakan jembatan komunikasi antara mahasiswa, dosen, dan pihak kampus menjadi sangat relevan. Dengan adanya ruang untuk berdialog, mahasiswa dapat menyampaikan hambatan yang mereka hadapi, sedangkan pihak kampus dapat memberikan penjelasan yang diperlukan. Organisasi seperti Fokusgampi berperan penting dalam mendukung terciptanya komunikasi ini.
Melalui penyerapan aspirasi mahasiswa dan dukungan yang kuat dari fakultas, kehidupan akademik akan lebih dinamis. Selain itu, penting bagi semua pihak untuk memahami bahwa tindakan represif dapat berdampak buruk tidak hanya terhadap individu yang terlibat, tetapi juga pada iklim akademik secara keseluruhan. Dalam hal ini, dukungan dari organisasi mahasiswa sangat krusial, terutama dalam menciptakan ruang dialog yang konstruktif dan beradab.
Penutupan dari situasi ini adalah harapan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan bijaksana. Upaya mediasi harus didukung oleh semua pihak agar fokus utama tetap pada pendidikan dan masa depan generasi muda. Dengan memahami dan mendengarkan satu sama lain, kita bisa mencegah preseden negatif yang dapat merusak reputasi institusi pendidikan dan masa depan mahasiswa.