BANDA ACEH – Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, menyatakan bahwa Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) bukan hanya sekadar pintu gerbang, tetapi juga merupakan penghubung penting antara Aceh dan dunia luar. Dengan peran utamanya dalam mobilitas, bandara ini berfungsi sebagai pendorong signifikan bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
“Pengembangan konektivitas udara kita memiliki tiga dimensi esensial: agama, pariwisata, dan ekonomi,” ungkap Wagub dalam pembukaan acara Collaborative Destination Development (CDD) Bandara SIM yang diselenggarakan oleh PT Angkasa Pura Indonesia di Hotel The Pade pada Rabu, (10/9/2025).
Dimensi Keagamaan dalam Konektivitas Udara
Fadhlullah menjelaskan lebih dalam mengenai dimensi keagamaan. Aceh, yang terkenal dengan kultur Islam yang kuat, memiliki potensi besar sebagai embarkasi bagi jamaah umrah dan haji. Peningkatan konektivitas langsung ke Tanah Suci akan mempermudah perjalanan jamaah dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. Hal ini menciptakan peluang bisnis di sektor transportasi dan akomodasi, yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap perekonomian lokal.
Data menunjukkan bahwa permintaan untuk perjalanan umrah dan haji dari Aceh terus meningkat. Dengan adanya penerbangan langsung, tidak hanya beban perjalanan yang berkurang, tetapi juga meningkatkan kenyamanan bagi jamaah. Ini adalah wujud nyata dari pengembangan yang saling menguntungkan antara sektor agama dan ekonomi.
Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Melalui Bandara SIM
Selain dimensi keagamaan, faktor pariwisata juga menjadi fokus utama. Aceh memiliki beragam daya tarik wisata alam dan budaya, mulai dari pantai yang mempesona, ekowisata bahari, hingga kekayaan sejarah dan nilai-nilai religius. Konektivitas udara yang baik dan berkelanjutan memungkinkan aksesibilitas yang lebih tinggi bagi wisatawan, sehingga mendorong peningkatan jumlah kunjungan ke daerah ini.
Fadhlullah menekankan bahwa meningkatnya jumlah wisatawan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta mendukung usaha kecil dan menengah. Investasi dalam sektor pariwisata juga akan menambah pendapatan daerah, sekaligus memperkuat branding Aceh di kancah global. Melalui sinergi yang baik antara sektor pariwisata dan transportasi, Aceh dapat menjadi destinasi yang lebih diakui di tingkat internasional.
Di sisi ekonomi dan perdagangan, jalur penerbangan langsung yang dibuka oleh Bandara SIM memungkinkan pergerakan barang dan jasa menjadi lebih efisien. Hal ini sangat penting bagi Aceh, yang berusaha untuk meningkatkan daya saing dan memperluas jaringan perdagangan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan negara-negara di Timur Tengah. Dengan memudahkan akses perdagangan, Aceh akan memiliki peluang lebih baik untuk berpartisipasi dalam pasar global.
Akhirnya, Fadhlullah berharap bahwa pengembangan Bandara Sultan Iskandar Muda akan berkontribusi secara nyata bagi masyarakat Aceh. Dia mengajak seluruh pihak untuk saling terbuka dan berdiskusi secara konstruktif untuk menyusun langkah-langkah implementasi yang terukur dan efektif. Melalui kerjasama yang baik, pencapaian visi ini akan semakin mudah diwujudkan, memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.