BANDA ACEH – Kegiatan hilirisasi dan industrialisasi menjadi salah satu fokus utama dalam memastikan ketahanan rantai pasok konten lokal. Ini menjadi sangat relevan dalam konteks perkembangan ekonomi, terutama ketika berhadapan dengan tantangan globalisasi yang semakin kompleks. Dalam panel diskusi yang berlangsung di Aula Barat ITB, isu-isu terkait ketahanan ini dibahas secara mendalam.
Diskusi ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk akademisi, pemerintah, dan pelaku industri. Dengan melibatkan unsur triple helix, diskusi ini menjadi sarana efektif untuk mengeksplorasi strategi hilirisasi yang sesuai dengan kekayaan sumber daya lokal yang dimiliki Indonesia.
Optimasi Hilirisasi Komoditas Lokal
Hilirisasi adalah proses di mana hasil produksi, dalam hal ini komoditas unggulan, ditransformasikan menjadi produk yang lebih bernilai. Dalam konteks Aceh, Syaifullah Muhammad, sebagai perwakilan dari ARC-PUIPT, mengungkapkan pentingnya melakukan hilirisasi berbasis riset. Melalui pendekatan ini, komoditas seperti nilam Aceh tidak hanya dipasarkan dalam bentuk mentah tetapi juga diolah menjadi produk akhir yang bernilai tinggi.
Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan agro lainnya. Dengan lebih dari 30 produk turunan berbasis minyak nilam yang telah dihasilkan, hal ini menunjukkan kemajuan yang signifikan. Selain itu, sebagian besar produk ini sudah mendapatkan izin edar dari BPOM, yang menandakan kualitas dan keamanan hasil olahan tersebut. Upaya ini tidak hanya meningkatkan kualitas produk lokal, tetapi juga menunjukkan bahwa inovasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang tepat.
Inklusi Masyarakat dalam Proses Inovasi
Syaifullah juga memberikan pandangan yang lebih luas mengenai pentingnya teknologi inklusif. Menurutnya, inovasi yang mengedepankan partisipasi masyarakat akan lebih berkelanjutan. Di masa lalu, pengalaman di Aceh menunjukkan bahwa banyak investasi tidak memberikan manfaat yang seimbang bagi masyarakat. Setelah 30 tahun melakukan investasi dalam eksplorasi gas alam, kondisi masyarakat di Aceh Utara belum menunjukkan perubahan yang signifikan.
Belajar dari pengalaman tersebut, sangat penting untuk melibatkan masyarakat dalam setiap proses inovasi. Dengan menjadikan mereka sebagai pelaku, bukan hanya penerima manfaat, diharapkan kontribusi nyata dalam peningkatan ekonomi lokal dapat tercapai. Program-program yang mengutamakan partisipasi aktif masyarakat bisa menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan.
Dalam penutupan diskusi, Syaifullah menyerukan semua pihak untuk bersinergi dalam mengembangkan potensi lokal melalui hilirisasi. Dengan membawa komoditas unggulan Aceh ke ranah yang lebih luas, bukan hanya nilai ekonominya yang meningkat, tetapi juga kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.