BANDA ACEH – Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ), dr. Hanif menyebut, terdapat lebih dari 10 ribu individu di Aceh yang mengalami gangguan jiwa, di mana sebagian dari mereka berada dalam kondisi dipasung dan perlu dijemput untuk mendapatkan perawatan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi instansi kesehatan jiwa di wilayah tersebut.
Dalam konteks ini, penting untuk menghilangkan stigma yang sering kali melekat pada gangguan jiwa. Banyak keluarga yang merasa malu atau takut untuk melaporkan kondisi anggota keluarganya ke RSJ, padahal langkah ini sangat krusial untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
Statistik Gangguan Jiwa di Aceh
Pihak RSJ mencatat bahwa hingga saat ini, mereka telah menjemput sekitar 7 pasien yang berada dalam kondisi dipasung. Hal ini menunjukkan bahwa langkah-langkah operasional untuk menangani ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) masih perlu diperluas. Dr. Hanif mengajak masyarakat untuk berkolaborasi dalam mengidentifikasi individu yang membutuhkan bantuan. “Setiap laporan tentang pasien yang dipasung sangat berarti bagi kami,” tegasnya. Koordinasi dengan pimpinan daerah juga dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat merasa nyaman melaporkan informasi mengenai ODGJ.
Menurut laporan terbaru, banyak pasien yang belum pernah diantar langsung ke RSJ; mereka biasanya dijemput setelah menerima informasi. Ini menunjukkan bahwa kepedulian komunitas sangat penting dalam upaya penanganan kasus gangguan jiwa. Jika kita ingin memperbaiki situasi ini, sangat penting bagi masyarakat untuk berperan dalam mengantar mereka yang membutuhkan perawatan ke fasilitas kesehatan.
Upaya Penanganan dan Kesembuhan
Salah satu fokus utama RSJ adalah mengupayakan pemulangan pasien yang sudah sembuh ke keluarganya. Mereka berkomitmen untuk mengantar pasien pulang ke desanya, agar kembali diterima dengan baik oleh masyarakat dan keluarga. Program ini tidak hanya berfokus pada penjemputan, tetapi juga pada reintegrasi pasien ke dalam kehidupan sosial mereka. Dr. Hanif menekankan, “Kami berkewajiban untuk memastikan mereka kembali ke dalam lingkungan yang aman dan mendukung.”
Film “Noeh,” yang diproduksi oleh RSJ, menggambarkan kisah ODGJ yang dipasung dan keseharian mereka dalam perawatan. Ini memberi gambaran tentang tantangan yang dihadapi oleh individu yang mengalami gangguan jiwa dan kebutuhan akan pemahaman serta dukungan dari masyarakat. Film ini diharapkan dapat menyampaikan pesan penting tentang pentingnya solidaritas dalam penanganan kesehatan mental.
Acara malam pengenalan film tersebut juga dihadiri oleh penyanyi Aceh dan seniman lokal, yang bersama pasien yang telah sembuh, menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, individu dengan gangguan jiwa dapat kembali berkarya dan berkontribusi positif. Komunitas diharapkan lebih aktif dalam melaporkan dan membantu ODGJ, agar tidak ada lagi individu yang terpaksa mengamen atau berjalan sendirian di jalan umum tanpa perlindungan.