BANDA ACEH – Jumlah kasus bunuh diri di kalangan tentara Israel mengalami peningkatan signifikan, terutama pada saat agresi militer yang berkesinambungan di Jalur Gaza. Pada bulan Juli 2025 saja, tercatat enam kasus bunuh diri yang melibatkan anggota IDF.
Kasus bunuh diri terbaru yang mengguncang adalah Ariel Meir Taman, seorang tentara cadangan IDF yang sebelumnya bertugas di Rabbinate IDF. Rabbinate merupakan lembaga keagamaan Yahudi di lingkungan militer, memberikan otoritas religius yang mendukung para anggotanya.
Lonjakan Kasus Bunuh Diri di Kalangan Tentara
Taman aktif terlibat dalam proses identifikasi jenazah tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Gaza. Sayangnya, ia mengakhiri hidupnya pada tanggal 27 Juli 2025 di rumahnya yang terletak di Ofakim, Israel bagian selatan. Kematian Taman menambah deretan panjang tentara yang bunuh diri bulan ini, menjadi enam orang. Informasi ini dilaporkan oleh beberapa media, termasuk Haaretz.
Selama awal bulan Juli, hanya dalam waktu 1,5 minggu, tiga tentara IDF dilaporkan telah mengakhiri hidup mereka sendiri. Fenomena ini mengindikasikan adanya masalah serius yang memerlukan perhatian khusus. Banyak dari mereka, terutama yang masih dalam usia muda, harus menghadapi tekanan mental yang luar biasa akibat pengalaman di medan perang. Menghadapi kekejaman dan kehilangan teman yang dekat, berpotensi mengakibatkan trauma psikologis jangka panjang.
Faktor Penyebab dan Implikasi Sosial
Menurut data yang dihimpun, lonjakan kasus bunuh diri ini terlihat menonjol mulai awal tahun 2024. Meskipun IDF tidak secara teratur merilis statistik mengenai bunuh diri, laporan tahunan yang dikeluarkan menampilkan gambaran menyedihkan. Selama tahun 2024 terdapat 21 kasus bunuh diri yang tercatat, jumlah tertinggi sejak 2011. Pada tahun 2023, jumlahnya juga tidak sedikit, yakni 17 kasus.
Lebih lanjut, sejak dimulainya agresi pada 7 Oktober 2023, lebih dari 40 tentara Israel dilaporkan mengakhiri hidup mereka sendiri. Sumber dari France24 mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus bunuh diri ini dialami oleh tentara cadangan, dengan IDF mengakui bahwa ribuan anggota cadangan telah memilih untuk tidak melanjutkan tugas mereka di medan perang. Alasan utama yang dikemukakan adalah tekanan mental yang sangat besar.
Ahli kesehatan mental, Profesor Yossi Levi-Belz, mengingatkan bahwa kemungkinan terjadinya gelombang bunuh diri selanjutnya masih sangat mungkin. Dengan banyaknya tentara yang tidak dapat menangani beban mental, tantangan ini menuntut perhatian lebih dari pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat umum. Melek kesehatan mental menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan dalam situasi darurat seperti ini.
