TEL AVIV – Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv, pada Sabtu (9/8/2025), menuntut pemerintah untuk segera menghentikan operasi militer yang berlangsung di Jalur Gaza. Aksi solidaritas ini digelar sehari setelah keputusan kabinet keamanan tentang rencana merebut Kota Gaza diumumkan.
Demonstrasi ini dipenuhi dengan spanduk dan poster yang menyerukan penghentian perang, serta foto-foto 49 warga Israel yang masih ditahan oleh kelompok Hamas. Di antara mereka, ada keluarga dari korban yang kehilangan nyawa akibat serangan militer Israel sendiri.
Desakan dari Rakyat dan Realitas di Lapangan
Salah satu peserta demonstrasi, Shahar Mor Zahiro, tidak dapat menahan emosinya saat berbicara di hadapan massa. Ia kehilangan keluarganya di Gaza dan mengirimkan pesan tegas kepada pemimpin negara, “Jika Anda menyerbu Gaza dan para sandera terbunuh, kami akan mengejar Anda ke mana pun,” ungkapnya dengan nada bergetar, seperti dilaporkan oleh media setempat.
Rencana penyerbuan Kota Gaza yang disetujui pada Jumat (8/8) mendapatkan banyak kritik, tidak hanya dari negara-negara Arab dan komunitas internasional, tetapi juga dari kalangan masyarakat Barat. Sejak dimulainya konflik di Gaza pada Oktober 2023, pemerintah Israel menghadapi tekanan publik yang semakin meningkat untuk menghentikan perang yang berkepanjangan ini.
Penderitaan di Gaza dan Dampak Konflik yang Menghancurkan
Menurut data terbaru, lebih dari 61 ribu warga Gaza telah kehilangan nyawa akibat operasi militer yang terus berlangsung. Penderitaan masyarakat sipil semakin memburuk, ditambah dengan blokade dan serangan udara yang tidak kunjung reda. Hal ini menambah kompleksitas masalah kemanusiaan di kawasan tersebut.
Masalah ini tidak berhenti di sana. Masyarakat internasional semakin bersuara. Penilaian terhadap pemimpin negara dan kebijakan yang diambil harus dilihat melalui kacamata kemanusiaan. Ketidakstabilan yang terus berlanjut hanya akan memperburuk situasi dan membuat masyarakat sipil, yang seharusnya dilindungi, semakin terpinggirkan.