BANDA ACEH – Rektor Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Marwan, mengapresiasi seluruh mahasiswa serta elemen masyarakat yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi damai di Aceh. Demonstrasi tersebut berlangsung di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Banda Aceh, pada hari Senin (1/9), dan menjadi sorotan nasional karena menunjukkan kedewasaan masyarakat Aceh dalam menyampaikan aspirasi tanpa kekerasan.
Menurut data, aksi ini berjalan lancar dari sore hingga pukul 18.00 WIB, dengan para demonstran menjaga ketertiban dan menghindari tindakan anarkis maupun provokatif. Pertanyaannya, bagaimana masyarakat Aceh berhasil mempertahankan ketenangan dalam menyampaikan aspirasi mereka? Ini adalah cerminan dari budaya damai yang telah terbangun selama bertahun-tahun.
Demonstrasi Damai Sebagai Cermin Kebudayaan
Keberhasilan aksi demonstrasi damai ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat tentang pentingnya saluran aspirasi yang bermartabat. Marwan menyatakan bahwa aksi ini menunjukkan rindu akan perdamaian dan demokrasi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Satu hal yang menarik adalah bagaimana pihak kepolisian hadir dengan pendekatan persuasif dan humanis, sehingga menciptakan suasana yang kondusif. Data menunjukkan bahwa metode ini mampu menurunkan potensi bentrokan dan ketegangan antara massa dan aparat keamanan.
Dalam pandangan Rektor, penyampaian aspirasi adalah hak setiap warga negara dalam kerangka demokrasi. Namun, yang terpenting adalah bagaimana aspirasi tersebut dikemukakan. “Kami merasa bangga melihat semangat masyarakat yang menyampaikan aspirasi dengan cara yang santun dan bertanggung jawab. Ini menunjukkan komitmen kita untuk menjaga perdamaian setelah masa lalu yang penuh konflik,” ujarnya.
Strategi Menjaga Ketertiban dan Perdamaian
Penting untuk menyoroti apa yang dapat dipelajari dari aksi ini. Pertama, pesan yang disampaikan secara elegan dan dialogis memiliki kekuatan untuk didengar dan dipahami. Kedua, ada tanggung jawab bersama untuk menjaga akhlak mulia dan cinta damai, sehingga aspirasi bisa sampai kepada pihak yang berwenang tanpa mengorbankan tatanan sosial yang sudah ada. Hal ini menjadi kunci dalam membangun hubungan yang konstruktif antara masyarakat dan pemerintah.
Marwan juga menekankan pentingnya menjaga situasi damai dan kondusif sebagai modal utama bagi keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan. Semangat menjaga perdamaian dan menghargai sesama harus terus dikembangkan. Mari kita bersama-sama mendukung aspirasi yang disampaikan dengan cara yang positif, agar dapat mendatangkan manfaat bagi seluruh masyarakat Aceh.
Dengan adanya dukungan dari berbagai elemen, diharapkan aksi silaturahmi ini bisa menjadi contoh, sehingga demonstrasi selanjutnya tidak hanya menjadi ajang penyampaian pendapat, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kemanusiaan yang sejalan dengan semangat perdamaian.