BANDA ACEH – Isu pendidikan sering kali menjadi sorotan publik, terlebih ketika menyangkut para tokoh penting. Beberapa waktu lalu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Roy Suryo, melontarkan pernyataan yang menghebohkan terkait keabsahan ijazah seorang tokoh politik.
Dengan mengklaim adanya kecurangan dalam pendidikan, Roy sempat meragukan keaslian ijazah Jokowi. Kini, ia juga mempertanyakan ijazah Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, yang tak lain adalah anak sulung Jokowi. Pernyataan ini muncul dalam acara Bedah Buku yang disiarkan di platform online, membangkitkan kembali perdebatan tentang kejujuran pendidikan para pemimpin bangsa.
Kejanggalan dalam Ijazah Gibran Rakabuming Raka
Dalam kajian yang lebih dalam, Roy Suryo menyoroti ijazah yang diklaim dimiliki oleh Gibran. Menurutnya, terdapat sejumlah kejanggalan yang menunjukkan kemungkinan bahwa ijazah tersebut tidak asli. Ia merinci beberapa poin, termasuk asal universitas di luar negeri yang diklaim sebagai tempat Gibran menempuh pendidikan.
Roy berargumentasi bahwa Gibran menyebut dirinya sebagai lulusan Bradford University dari Singapura. Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata institusi tersebut sejatinya adalah Management Development Institute of Singapore yang memiliki kerjasama dengan University of Bradford. Hal ini menimbulkan keraguan di kalangan publik mengenai keabsahan ijazah yang ditunjukkan Gibran.
Sebagai tambahan, Roy menekankan bahwa ijazah dari program tersebut seharusnya berbentuk horizontal dengan dua logo, sementara ijazah yang dipamerkan oleh Gibran berbentuk vertikal. Menurut Roy, indikasi ini adalah tanda bahwa ijazah tersebut tidak sesuai dengan standart yang seharusnya. Ia bahkan menggunakan ungkapan yang menandakan adanya kemungkinan dokumen itu merupakan hasil pemalsuan.
Riwayat Pendidikan yang Dipertanyakan
Selain mengungkap kejanggalan ijazah, Roy juga mengangkat latar belakang pendidikan Gibran sebelum ia melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebagai seorang tokoh publik, informasi mengenai lulusan mana saja yang berkontribusi pada pendidikan seseorang menjadi penting untuk dipertanyakan. Gibran disebutkan pernah bersekolah di SMA Santo Yosef, namun tidak lulus dan kemudian berpindah ke SMK Kristen Surakarta dengan riwayat yang sama tidak tuntas.
Walaupun demikian, Gibran mendapatkan surat penyetaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa dia setara dengan lulusan SMK. Hal ini menimbulkan tanda tanya, mengingat banyak orang yang sukses dalam pendidikan formal dan nonformal. Roy pun memberikan komentar kritis dengan mempertanyakan kebijakan yang memberikan penyetaraan tersebut, menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan yang ada.
Melihat fenomena ini, banyak yang menganggap bahwa isu ini bukan sekadar mempermasalahkan keabsahan ijazah, tetapi juga menggugah kesadaran publik tentang pentingnya integritas di dalam pendidikan. Penegakan nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan adalah salah satu kunci untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan siap meneruskan tongkat estafet kepemimpinan.
Di sisi lain, Royo berencana untuk meluncurkan buku ketiga yang secara khusus membahas ijazah Gibran. Dengan judul “Jokowi’s Son”, buku ini diharapkan dapat memberikan perspektif mendalam mengenai isu ini dan memicu diskusi yang lebih luas di masyarakat. Dalam diskusi tersebut, diharapkan dapat tercipta pengetahuan yang lebih akurat serta edukasi mengenai arti penting dari kejujuran dalam dunia pendidikan.